IMPLIKATUR WACANA “SEMARANGAN” PADA HARIAN SUARA MERDEKA EDISI SEPTEMBER 2016

Umi Faizah

Abstract


Abstract: The aim of this study was to describe (1) the nature of discourse impli­cature "Semarangan"; (2) the meaning of implicatures discourse. This study used a qualitative approach with content analysis method and theory of pragmatic ap­proach. Data in the form of articles Semarangan Suara Merdeka daily are presen­ted in an article in the discourse of social criticism adequately represent public comments tend to have meaning implicatures. The results of the analysis in the form of discourse implicature intentionally flicked certain circles, so as not to repeat the same act. Even the government is often the target of specific allusions. Shown in the following discourse. 1) +  Ox Sacrifice Jokowi 1.5 ton, 1.3 ton Cow JK.  - Not a weight mirror each ... The above discourse including direct and literal discourse that gives implicature that Jokowi and Jusuf Kala are on cow sacrifice the amount of 1.5 tons for Jokowi and Jusuf Kala of 1.3 tonnes which do not cor­respond with their weight. The implication and insinuation there is that the weight of the cow did not proportional to weight Jokowi and Jusuf Kalla are small, but its meaning is their brave sacrifice to the cow extra large size. Prepositions implied such data (1), speech (-) in (1) is not part of speech (+).Speech (+) arising from inferences based on the background knowledge of Jokowi and JK with all its ac­ti­on. The results of this study are expected to enrich the wealth of scientific prag­matic Indonesian indicated on the meaning of a discourse implicature Semarangan containing satire, criticism and even criticism.

Keywords: implicature, discourse, semarangan, suara merdeka 

Abstrak: Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan  (1) wujud implikatur wacana “Semarangan”; (2) makna implikatur wacana. Pene­litian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi dan pen teori pragmatik.  Data berupa artikel Semarangan harian Suara Merdeka yang disuguhkan dalam sebuah artikel wacana kritik sosial yang cukup mewakili ko­men­tar publik yang cenderung memiliki arti implikatur.  Hasil dari analisis ter­se­but berupa implikatur wacana yang secara sengaja  menyentil kalangan tertentu, agar tidak mengulangi perbuatan yang sama. Bahkan pemerintah pun sering men­jadi sasaran sindiran-sindiran tertentu. Tampak pada Wacana berikut. (1) + Sapi Kurban Jokowi 1,5 ton, Sapi JK 1,3 ton. - Bukan cermin berat badan masing-masing...Wacana di atas termasuk wacana langsung dan literal yang memberikan implikatur yaitu Jokowi dan Jusuf Kala yang memberikan sapi kurban dengan jumlah 1,5 ton untuk Jokowi dan Jusuf Kala sebesar 1,3 ton yang tidak sesuai dengan berat badan mereka. Implikasi dan sindiran yang ada adalah bahwa berat sapi tersebut tidak sebanding dengan berat badan Jokowi dan Jusuf Kalla yang berukuran kecil, tetapi maknanya adalah mereka berani berkurban dengan sapi yang berukuran ekstra besar.   Preposisi yang diimplikasikan seperti pada data (1), tuturan (-) dalam (1) bukan merupakan bagian dari tuturan (+). Tuturan (+) muncul akibat inferensi yang didasari latar belakang pengetahuan tentang Jokowi  dan JK dengan segala kiprahnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan pragmatik bahasa Indonesia yang ditunjukkan dari makna implikatur dari sebuah wacana Semarangan yang berisi sindiran, sentilan bahkan kritikan.

Kata Kunci: implikatur, wacana, semarangan, suara merdeka


Full Text:

PDF Text


DOI: https://doi.org/10.37729/btr.v3i06.3535

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c)



Penerbit:

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jl. KHA. Dahlan 3 Purworejo, Jawa Tengah, 54111
email: pbsi@umpwr.ac.id


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.