BASIS FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA, K.H.A. DAHLAN, DAN K.H. HASYIM ASHARI)
Abstract
Penilitian ini difokuskan untuk menggali khasanah intelektual yang telah dihasilkan oleh para tokoh pendidikan nasional di masa yang lalu. Studi kepustakaan library research) ini menggunakan pendekatan historis sosiologis dengan sumber data diperoleh melalaui sumber literer, baik berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Data yang diperoleh dari kedua sumber tersebut dikumpulkan dan diseleksi kemudian dibahas dengan menggunakan beberapa metode, yaitu metode interpretasi, metode induksi dan deduksi, koherensi intern, dan metode komparasi Dengan dipetakannya corak sistem pendidikan nasional menjadi tiga, yaitu corak nasionalis, agamis modernis dan agamis tradisionalis, maka dapat dihadirkan tiga tokoh untuk menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu Ki Hadjar Dewantara, K.H. Ahmad Dahlan, dan K.H. Hasyim As’ary. Hasil penelitian diketahui bahwa bila dilihat dari setting sosial munculnya pemikiran pendidikan ketiga tokoh adalah sama yaitu pemikiran pendidikan mereka berada dalam konteks penjajahan. Namun demikian mereka memiliki paradigma yang berbeda tentang bagaimana pendidikan itu seharusnya diselenggarakan. Ki Hadjar Dewantara melihat upaya merintis kemerdekaan dapat ditempuh melalui sistem pendidikan yang membebaskan. Dari sini muncul ide sistem among dalam pendidikan. K.H. Ahmad Dahlan melihat kebijakan politik Belanda dan sistem pendidikan yang ada tidak menguntungkan bagi upaya kebangkitan Islam dan pembebasan dari belenggu penjajahan, sehingga muncul ide modernisasi pendidikan Islam. K.H. Hasyim As’ary melihat modernisasi pendidikan ala Barat dapat memudarkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya Bangsa yang dapat mengendorkan semangat juang melawan penjajahan. Dari sini muncul semangat tradisionalisme. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya peningkatan kwalitas sumber daya manusia dengan berbasis budaya bangsa sendiri serta sangat menekankan pada semangat nasionalisme, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya kebangkitan Islam dari keterpurukan dan kemunduran umat. Sedang pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari sangat apresiatif terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang sangat menjujung tinggi moralitas.
Full Text:
PDF TextDOI: https://doi.org/10.37729/jpse.v1i1.2853
Refbacks
- There are currently no refbacks.